Halaman

Senin, 25 Juni 2018

Apakah menyerah merupakan solusi?

Saat masalah terus menerpa, saat tugas semakin banyak menyapa, saat kesibukan menjadi derita. Sejenak terpikir untuk berhenti dan menyerah terhadap kondisi. Menyerah karena merasa diri tidak mampu menghadapi masalah. Mundur karena kondisi organisasi yang kian tidak teratur. Berhenti saat aktivitas sudah tidak sesuai dengan nurani.



Manusia bisa memilih berbagai pilihan dalam menjalani kehidupan. Banyak sekali pilihan yang bisa diambil dalam menghadapi suatu masalah. Akan tetapi, solusi dari menghadapi masalah tentu bukanlah menyerah. Jika diibaratkan masalah dan solusinya adalah seperti kita memotong pohon dengan gergaji mesin dan memotong kertas menggunakan gunting. Jika masalah yang dihadapi itu seperti pohon tentu akan lebih mudah ditebang dengan menggunakan gergaji mesin dan akan sulit jika menggunakan gunting. Begitu pula saat masalahnya adalah kertas, tentu untuk memotongnya dengan gergaji mesin akan langsung hancur dan tidak didapatkan potongan yang tepat seperti menggunakan gunting.

Solusi yang tepat bisa didapat, solusi yang salah masih bisa dipilah. Pengetahuan kita mengenai masalah akan memudahkan kita dalam mengambil solusi yang tepat. Saat berada di suatu kapal yang tengah berlayar di tengah samudra lalu ada bagian kapal yang bocor dan rusak, tentu bagi orang yang berada di kapal itu lebih baik untuk berusaha memperbaikinya bersama-sama dan bukan memilih untuk keluar dari kapal dan berenang mencari kapal lain. Karena kondisinya sudah berada di tengah samudra dan jauh dari pulau, jika dekan mungkin saja untuk turun dari kapal dan mencari kapal lain. Masalah yang dihadapi saat di organisasi saat merasa ada yang salah pada organisasi dan merasa terbebani dengan tugas yang tiada henti, memilih untuk tetap berada di organisasi dan berusaha melakukan pembenahan yang bisa dilakukan sekecil apapun.

Kunci untuk memperoleh solusi tepat dalam permasalahan yaitu dengan bertanya. Meminta jawaban kepada Allah Subhana wata'ala  yang juga melimpahkan masalah atas izin dan kuasa-Nya.
Salah satu cara untuk melatih adalah dengan menahan lisan dari mengeluh, karena keluh kesah biasanya dimaknai sebagai tanda dari orang yang kurang bersyukur.

Allah  Subhana wata'ala berfirman dalam QS Al-Baqarah : 256.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."

Ibnu Katsir menafsirkan ayat Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah: 286) Dengan kata lain, seseorang tidak dibebani melainkan sebatas kesanggupannya. Hal ini merupakan salah satu dari lemah-lembut Allah Swt. kepada makhluk-Nya dan kasih sayang-Nya kepada mereka, serta kebaikan-Nya kepada mereka.

Yakin dengan kemampuan diri untuk menghadapi masalah yang terus menghampiri. Berusaha terus memperbaiki diri dan mendekat kepada Illahi. Tetap semangat menghadapi masalah, karena manusia hidup itu untuk menghadapi masalah. Saat seseorang tidak menginginkan masalah, berarti secara tidak langsung ia tidak ingin hidup. Sekali lagi menyerah bukanlah solusi. Berikhtiarlah menemukan solusi disertai dengan do'a yang tiada henti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas Comment nya